Meningitis Meningokokal

(Informasi ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan nasihat dokter atau saran untuk rencana pengobatan. Sebagaimana barang cetakan, informasi ini dapat kedaluwarsa dengan berlalunya waktu. Sangat penting untuk anda berpegangan pada nasihat dokter untuk kondisi khusus anda.)


Penyebab infeksi adalah bakteri mirip biji kopi berpasangan berwarna kemerahan pada pewarnaan gram (gram-negative diplococci), Neisseria meningitidis. Ada 5 kelompok  meningokokal yang menimbulkan penyakit yakni A, B, C, Y, dan W-135. Penyebaran orang ke orang terjadi karena hubungan dekat melalui lendir pernafasan dan ludah.

N. meningitidis ditemukan di seluruh dunia. Pada setiap waktu, 5%–10% populasi membawa N. meningitidis. Kejadian penyakit meningokokal tertinggi di “sabuk meningitis” sub-Sahara Afrika, dengan wabah berkala selama musim kemarau (Desember–Juni). Selama masa tak wabah, angka kejangkitan penyakit meningokokal sekitar 5–10 kasus per 100,000 populasi per tahun. Selama wabah, angka kejangkitan meningkat 1,000 kasus per 100,000 populasi. Anak kecil berisiko tertinggi untuk penyakit meningokokal, tetapi 60% kasus terjadi pada orang dewasa muda dan dewasa. Risiko tertinggi pada pejalan yang berhubungan lama dengan penduduk setempat di sabuk meningitis selama wabah. Jemaah haji ke Saudi Arabia berkaitan dengan meledaknya penyakit meningokokal sekembalinya mereka.

Penyakit meningokokal biasanya terjadi 1–14 hari setelah terpapar. Penyakit meningokokal menjadi meningitis (radang selaput otak) pada ≥50% kasus. Meningitis meningokokal ditandai oleh nyeri kepala mendadak, demam, dan kaku kuduk, terkadang disertai mual, muntah, takut cahaya, atau perubahan mental. Sampai 20% penderita penyakit meningokokal memperlihatkan penyebaran kuman di aliran darah, yang dikenal sebagai meningokoksemia. Meningokoksemia ditandai oleh demam mendadak dan perdarahan di bawah kulit. Perdarahan kulit dapat berkembang luas (purpura fulminans). Meningokoksemia sering kali disertai hipotensi, perdarahan kelenjar anak ginjal mendadak, dan kegagalan fungsi berbagai organ.

Diagnosis dan pengobatan segera adalah kritis. Apabila memungkinkan, pengambilan cairan sumsum tulang belakang harus dilakukan sebelum pengobatan antibiotik dimulai untuk memastikan bakterinya, apabila ada, dapat dibiak dari cairan sumsum tulang belakang. Diagnosis biasanya dibuat dengan mengisolasi N. meningitidis dari darah atau cairan sumsum tulang belakang, melalui deteksi antigen meningokokal pada cairan sumsum tulang belakang dengan aglutinasi lateks, atau ditemukannya DNA dari N. meningitidis dengan PCR.

Tanda dan gejala meningitis meningokokal serupa dengan meningitis oleh bakteri yang lain, seperti Haemophilus influenzae dan Streptococcus pneumoniae. Kuman penyebab harus diidentifikasi sehingga antibiotik yang tepat dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan.

Penyakit meningokokal berpotensi fatal dan harus dipandang sebagai kegawat-daruratan medis. Pengobatan antibiotik harus segera dimulai di awal perjalanan penyakit. Beberapa antibiotik terpilih tersedia, diantaranya ceftriakson,  cefotaksim, kloramfenikol, dan bensilpenisilin. Tambahan rifampicin 600 mg setiap 12 jam selama 2 hari ke penderita untuk membersihkan kuman di tenggorokan.

Pada keadaan kuman penyebab radang otak atau radang paru didapat di masyarakat tak dapat dibedakan diantara Neisseria meningitidis - Haemophilus influenzae - Streptococcus pneumoniae, maka cefalosporin generasi ketiga (seperti cefotaksim dan ceftriakson) dapat digunakan dikombinasikan dengan fluorokuinolon (seperti levofloksasin dan moksifloksasin).

Vaksinasi untuk penyakit meningokokal disarankan untuk mereka yang akan pergi ke atau tinggal di negara-negara dimana N. meningitidis sangat banyak atau mewabah, terutama apabila berhubungan dengan penduduk setempat untuk waktu yang lama. Daerah sangat banyak termasuk sabuk meningitis di Afrika selama musim kemarau (Desember–Juni). Bukti catatan telah mendapat vaksin kuadrivalen untuk penyakit meningokokal diperlukan bagi mereka yang akan ke Mekah untuk ziarah Haji dan Umrah.

Ada dua jenis vaksin meningokokal: vaksin konjugat meningokokal dan vaksin polisakarida meningokokal. Keduanya dapat melindungi dari penyakit meningokokal yang disebabkan oleh kelompok A, C, Y, dan W-135. Perlu sekitar 7–10 hari setelah vaksinasi untuk pembentukan antibodi yang cukup.

Pejalan yang pernah divaksin dan hidup di atau kembali ke sabuk meningitis mungkin perlu divaksinasi ulang, apabila >5 tahun vaksin meningokokal terakhir. Jemaah Haji harus membuktikan telah divaksinasi dalam 3 tahun terakhir. Pejalan yang belum divaksinasi dengan riwayat defisiensi komponen komplemen (C3, properdin, faktor D, atau late component), tidak punya atau tidak berfungsinya limpa, atau HIV, harus  mendapat dua dosis vaksin konjugat meningokokal, selang 2 bulan, sebelum perjalanan apabila memungkinkan.

(Sumber: U.S. Centers for Disease Control and Prevention & National Foundation for Infectious Diseases)